Guru Sebaiknya Tidak Membully

 

Guru Sebaiknya Tidak Membully

 

Oleh: VIDIA ROZALITA, S.Pd

 

 “ Words have great power that could make or break others..so please be care with them”

_Timothy Pina_

 

Di kehidupan sehari-hari kita, sering kita jumpai sesama teman atau kerabat saling mengolok, memberi julukan nama yang tidak baik,bahkan menghina fisik seseorang (body shaming). Tanpa disadari tindakan-tindakan tersebut termasuk ke dalam tindakan bullying atau perundungan.

Fenomena bullying adalah salah satu masalah yang mungkin pernah dialami oleh setiap orang. Tujuan dilakukannya bullying adalah untuk menyakiti seseorang yang akan dijadikan korban. Tindakan bullying ini bisa dilakukan oleh sekelompok orang maupun perorangan yang merasa lebih kuat secara fisik dan mental bila dibandingkan korban. Hal ini bisa meliputi pelecehan secara lisan dan kekerasan fisik dan dapat dilakukan berulang kali dari waktu ke waktu terhadap korban tertentu. Budaya bullying dapat berkembang di mana saja dan dapat dialami oleh anak-anak hingga orang tua selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

Jenis bullying yang paling sering terjadi di dunia pendidikan terutama di sekolah-sekolah mulai dari pendidikan usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi adalah bullying fisik dan verbal. Kedua jenis bullying ini seperti yang sering muncul di permukaan sebagian besar dilakukan oleh teman yang berada di sekolah yang sama dengan korban. Hal ini pun sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim yang mengungkapkan bahwa ada tiga dosa dalam dunia pendidikan versi dirinya. Tiga dosa tersebut adalah intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan atau bullying dan masih marak terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Sekolah adalah tempat yang benar-benar memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter anak. Hal ini disebabkan karena siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah terutama full day school seperti yang diterapkan di sekolah-sekolah menengah atas yang ada di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sekolah diharapkan bisa memberikan pengaruh positif untuk perkembangan mental, akhlak dan ilmu bagi semua siswa. Namun, akhir-akhir ini di media sosial ada beberapa orang tua yang mengeluhkan bahwa ternyata ada beberapa oknum guru yang tanpa disadarinya melakukan tindakan bullying terhadap siswanya.Tindakan bullying yang paling banyak dikeluhkan adalah dalam bentuk verbal hingga intimidasi fisik. Oknum guru-guru tersebut melakukan tindakan bully dengan alasan sebagai bagian dari tindakan mendidik atau mendisiplinkan siswa. Padahal, siapa pun pelakunya, tindakan bullying akan berdampak buruk bagi korbannya. Bagi siswa yang extrovert, tindakan bullying mungkin hanya akan membekas sehari saja. Lain halnya dengan siswa yang memiliki kepribadian introvert yang sangat suka menyendiri dan suka keheningan. Mulai dari cemas, depresi, stres, tak percaya diri, bahkan bunuh diri.

Tindakan bullying yang dilakukan oleh oknum guru ini tentu berdampak kurang baik terhadap beberapa hal. Pertama,  berdampak buruk terhadap siswa yang dibully, karena dapat menganggu perkembangan mental/ psikologisnya.  Kedua, berpotensi dijadikan contoh oleh para siswa lainnya, karena guru dianggap sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Tindakan bullying yang dilakukan guru dikhawatirkan dianggap sebagai sebuah kebenaran, kemudian ditiru oleh siswa (terutama anak-anak) dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.

Idealnya, pendidikan di sekolah-sekolah harus minim dari unsur bullying baik yang dilakukan oleh siswa, apalagi guru. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tugas pokok seorang guru adalah mengajar. Dalam mengajar guru  tidak hanya mentransferkan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga mendidik, mengarahkan dan menuntun para siswa agar berjalan pada koridor yang sesuai dengan aturan yang sudah disepakati secara bersama. Di sini seorang guru harus menjadi panutan (role model)  yang baik bagi para siswa. Selain itu, guru juga adalah orang tua kedua bagi para siswa di sekolah. Sebagai orang tua, hendaknya rasa kasih sayang pun harus dihadirkan oleh seorang guru  selama proses belajar mengajar agar tercipta suasana yang nyaman di sekolah baik untuk para guru dan siswanya. Oleh karena itu, para guru terutama yang mengabdikan diri di tingkat pendidikan usia dini dan dasar diharapkan sebisa mungkin harus menghindarkan diri dari sikap dan tindakan membully dikarenakan  bullying yang terjadi pada masa kecil akan tetap membekas sampai dia dewasa dan menyebabkan trauma. Luka yang ditimbulkan dari bullying bukan hanya lahir, tapi juga batin. Bahkan tidak ada bullying yang tidak meninggalkan luka. Semoga para guru dimanapun berada tidak menjadi diktator, melainkan dapat menjadi inspirator dan motivator untuk para siswanya.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Pilihan Ganda (PG) Hortatory Exposition

RTL_Diklat Kaperpus

Soal Pilihan Ganda Report Text